SELAMAT DATANG
Mari berbuat daripada hanya berdiam diri !

Halo rekan-rekanku tercinta..
Pada kesempatan ini, saya akan menyajikan sebuah cerita yang mudah-mudahan mampu menginspirasi rekan-rekan.
Ketika sebuah pertanyaan muncul tentang bagaimana rasanya kebahagian dan kedamaian ? sejatinya kedamaian dan kebahagian itu letaknya tidaklah jauh. Tak lain dan tak bukan terdapat pada diri sendiri. Ketika menyadari makna dari sebuah kejadian yang telah kita alami dan dapat kita petik maknanya. Menyadari bahwa banyak yang menyayangi kita dan Tuhan memberikan jalan terbaik untuk kita. Maka dari dalam akan muncul rasa bahagia dan damai.
Kali ini kita akan membicarakan tentang pengabdian dalam organisasi melalui sikap loyalitas.
Suatu hari ketika anda ingin memasuki sebuah organisasi apakah yang pertama anda pikirkan ? Ambisi anda untuk menjadi seseorang yang menduduki jabatan terpenting, terpandang atau popularitas ? Atau terbersit dalam diri anda sebuah pemikiran “saya memasuki sebuah organisasi untuk mencari pengalaman yang nantinya berharga bagi kehidupan saya ke depannya”. Tentunya ada saja pikiran yang seperti itu. Menurut saya,  agak sedikit keliru apabila kita memasuki sebuah organisasi hanya mementingkan jabatan terpenting, terpandang atau populer tanpa melihat kemampuan kita dalam bidang tersebut. Mari kita luruskan bersama, seseorang memang wajar memiliki ambisi dalam suatu organisasi untuk menduduki jabatan. Namun perlulah kita perhatikan pula kemampuan kita dalam bidang tersebut. Niscaya kita tidak akan di cap “gila jabatan” dengan pengemdalian ambisi kita.
Berbicara tentang loyalitas dalam berorganisasi. Saya terinspirasi dari sebuah kisah yang bagi saya mengharukan. Ada sebuah organisasi yang dulunya namanya tenggelam di makan waktu. Pada saat sekarang, nama organisasi itu terus mencuat mengibarkan sayapnya selebar-lebarnya. Hal ini tak terlepas dari empat orang punggawa yang ada di dalamnya yang bahu-membahu membangun bersama organisasi tersebut. Keempat punggawa besar tersebut memiliki kemampuan yang bervariasi dan berkompeten di bidangnya. Kemampuan mereka saling melengkapi satu sama lain. Ada yang sebagai konseptor, penghilang rasa jenuh (maksudnya mampu menghilangkan rasa kejenuhan rekannya saat melakukan sesuatu), dan tentunya dedikasi yang tinggi. Pada suatu saat organisasi tersebut berkembang pesat dan tiba saatnya peresmian peningkatan status. Pada saat inilah suatu kejadian yang menginspirasi saya. Berjumpa dengan salah satu punggawa dari organisasi tersebut sangatlah membanggakan. Hal yang sangat membanggakan adalah ketika penyebutan sejarah dari perjalan organisasi tersebut saat gladi bersih. Namanya tak disebutkan dan hanya dua rekannya yang tersebut. Secara perlahan saya menghampirinya dan berkata, “Bagaimana menurut anda tentang sejarah itu ? Apakah anda tak merasa tersinggung ? Apakah anda tidak menuntu keadilan ? Jelas-jelas anda ikut berperan dalam berkembangnya organisasi tersebut.” Dengan perlahan punggawa ini menjawab kepada saya,”Di sini memang saya tidak dianggap oleh rekan saya. Saya rasa, itu bukanlah menjadi suatu permasalahan yang menghalangi langkah saya. Namun, saya berada di sini untuk mengabdi pada organisasi. Mendidik generasi penerus kami agar lebih baik di kemudian hari. Membawa organisasi ini menuju ke arah yang lebih baik.” Punggawa ini kemudian melanjutkan tugasnya, membimbing anggotanya untuk mempersiapkan hal yang lainnya. “Sungguh hal yang menginspirasi”, kata saya dalam hati. Dari cerita tersebut saya dapat memetik sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi saya yakni tentang “LOYALITAS SEJATI”. Yang dimaksud loyalitas sejati dalam sebuah organisasi menurut saya adalah suatu orang yang tetap setia mengabdikan dirinya pada organisasi yang diikuti walaupun orang tersebut tidak mendapatkan penghargaan berarti di mata rekannya. Dia tetap percaya dengan apa yang ia lakukan. Tak mengeluhkan apa yang terjadi yang terpenting tetap berbuat yang terbaik. Sungguhlah jarang orang yang mempunyai pemikiran seperti itu menurut saya. Bahkan kebanyakan dari kita menginginkan penghargaan atas kinerja kita. Nah, perlulah sekarang kita merenung. Kita dalam mengabdikan diri dalam sebuah organisasi  tak perlu memandang penghargaan apa yang akan diperoleh atas kinerja kita yang terpenting adalah kita harus tetap berkarya semampu dan semaksimal kita untuk organisasi agar menjadi lebih baik. “Janganlah bertanya apa yang mampu diberikan organisasi pada kita tetapi bertanyalah sebaliknya yakni apa yang bisa kita berikan untuk organisasi kita” Itulah kesimpulan dari kejadian tersebut yang menjadi pelajaran bagi kita. Semoga hal ini dapat menginspirasi rekan-rekan.
Sampai jumpa di story berikutnya dan mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan di hati.
TERIMAKASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar