SELAMAT DATANG
Mari berbuat daripada hanya berdiam diri !

SAMBRAMA WACANA


SAMBRAMA WACANA
PERPISAHAN SISYA KELAS XII

Suksma aturayang tiang majeng ring pengenter baos antuk galah sane ketiba ring sikian titiang.
Sane singgihang titiang, Ketua Komite SMA Negeri 1 Tabanan,
Sane wangiang titiang, Kepala SMA Negeri 1 Tabanan, Wakasek, Bapak/Ibu Guru, Staf Tata Usaha, Pustakawan-Pustakawati SMA Negeri 1 Tabanan lan sawitran-sawitran titiang sane tresna sihin titiang.

WAJAHKU MENGALIHKAN DUNIAKU


WAJAHKU MENGALIHKAN DUNIAKU
Sebut saja namaku  Wirata. Lengkapnya adalah Wirata Adi. Orang bilang perawakanku itu tinggi, kulit sawo matang, dan agak gemuk. Ada juga yang bilang aku tidak terlalu tinggi atau mediumlah, kulitnya agak putih, dan tidak terlalu gemuk. Selain itu, ada juga yang bilang aku ini Si Cowok Berbulu. Mungkin ya karena banyaknya rambut yang tumbuh di bagian tertentu. Seperti rambut di kaki, ketiak, dada, atas bibir, janggut, perut, dan bagian sensitive tentunya. Aku rasa ada beberapa janggalisasi

KEPEMIMPINAN HINDU


A.    PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhlukk sosial manusia akan melakukan kerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satunya bekerja sama dalam sebuah bidang organisasi atau kelompok. Pada sebuah organisasi atau kelompok yang terbentuk tentunya memerlukan seorang pemimpin.
Konsep kepemimpinan menurut ajaran Agama Hindu dapat kita jumpai di dalam kitab Nitisastra. Kata Nitisastra berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata Niti dan Sastra. Niti berarti kemudi, pemimpin, politik dan sosial etik, pertimbangan, dan kebijakan. Sedangkan, kata sastra berarti perintah, ajaran, nasihat, aturan, teori, dan tulisan ilmiah. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Nitisastra berarti ajaran pemimpin atau ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu negara baik dari segi tata negara, tata pemerintahan maupun tata masyarakatnya. Jadi, kitab Nitisastra tidak hanya

            A.     JUDUL          : Tekanan osmotik
            B.     TUJUAN       : Mengamati terjadinya tekanan osmotik
C.    MASALAH   : Apakah perbedaan konsentrasi dua larutan yang dibatasi dengan selaput semipermiabel dalam percobaan yang dilakukan dapat menimbulkan tekanan osmotik ?

D.    HIPOTESIS
                  Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
a.         H0 : Perbedaan konsentrasi dua larutan yang dibatasi dengan selaput semipermiabel dalam percobaan yang dilakukan dapat menimbulkan tekanan osmotik.
b.         H1 : Perbedaan konsentrasi dua larutan yang dibatasi dengan selaput semipermiabel dalam percobaan yang dilakukan dapat menimbulkan tekanan osmotik.

E.    LANDASAN TEORI
           Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) mwlalui dinding semipermiabel disebut dengan osmosis. Tekanan yang digunakan untuk melawan peristiwa osmosis disebut  dengan tekanan osmotik. Dua larutan yang berbeda mempunyai tekanan osmotik sama disebut isotonik, dan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi daripada yang lain disebut dengan hipertonis, sedangkan hipotonis menyatakan keadaan di mana suatu larutan mempunyai tekanan osmotik lebih rendah daripada larutan yang lain.


Halo rekan-rekanku tercinta..
Pada kesempatan ini, saya akan menyajikan sebuah cerita yang mudah-mudahan mampu menginspirasi rekan-rekan.
Ketika sebuah pertanyaan muncul tentang bagaimana rasanya kebahagian dan kedamaian ? sejatinya kedamaian dan kebahagian itu letaknya tidaklah jauh. Tak lain dan tak bukan terdapat pada diri sendiri. Ketika menyadari makna dari sebuah kejadian yang telah kita alami dan dapat kita petik maknanya. Menyadari bahwa banyak yang menyayangi kita dan Tuhan memberikan jalan terbaik untuk kita. Maka dari dalam akan muncul rasa bahagia dan damai.
Kali ini kita akan membicarakan tentang pengabdian dalam organisasi melalui sikap loyalitas.

CONTOH PIDATO

Terimakasih saya ucapkan kepada pembawa acara atas kesempatan yang diberikan.
Yang terhormat Bapak/ Ibu Dewan Juri Lomba Pidato.
Yang saya hormati Bapak/Ibu Guru Pendamping, beserta Pengamat Pendidikan.

Begitu pula kepada rekan-rekan generasi muda yang hadir pada kesempatan ini yang saya banggakan dan cintai.

Sebagai insan adi kodrati marilah tak henti-hentinya kita memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat/Asung Kertha Wara Nugraha Beliaulah, pada hari ini kita dapat berkumpul dan bertemu di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat tanpa suatu halangan apapun. Maka dari itu, izinkanlah saya mengawali pidato ini dengan mengucapkan pangastungkara panganjali umat.

“Om Swastyastu”

“Om Ano Badrah Krtavo Viyanthu Visvatah”, semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru. Hadirin yang saya hormati, suatu kebanggaan bagi diri saya bisa berdiri di depan generasi penerus bangsa yang luar biasa dan berprestasi. Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan pidato yang bertemakan “Melalui Budaya Baca dan Hari Kunjung Perpustakaan Kita Tanamkan Prakerti dalam Rangka Pembentukan Karakter dan Jati Diri Bangsa”.

Berbicara tentang budaya membaca sejatinya merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Slogan-slogan, sosialisasi-sosialisasi, bahkan hingga diadakannya pemilihan duta bahasa dan duta membaca diadakan guna memasyarakatkan budaya membaca ini. Namun, apa sejatinya yang di maksud dengan budaya membaca tersebut? Secara sederhana budaya membaca dapat diartikan sebagai suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Membaca yang saya maksudkan di sini adalah membaca buku baik yang bersifat fiksi dan non fiksi, serta bukan menutup kemungkinan pula buku yang dibaca juga buku elektronik yang ada di internet. Sehingga budaya membaca bukanlah suatu budaya yang bersifat spesifik pada buku-buku yang bersifat sains saja, karena pada esensinya membaca bukan saja bertujuan sebagai media memperoleh ilmu pengetahuan saja melainkan dapat juga dijadikan sebagai media hiburan dan membangun daya kreasi dan imajinasi pembacanya.

Hadirin yang berbahagia. Apabila kita tinjau perkembangan budaya membaca di masyarakat, khususnya di kalangan remaja ada kecenderungan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Sebagai contoh, dapat kita saksikan pada menurunnya jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah maupun perpustakaan daerah. Selain itu, jumlah peminjaman bukupun mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal tersebut terjadi karena adanya objek dan kegiatan lain yang mengalihkan kegiatan membaca buku tersebut. Salah satu kegiatan tersebut adalah kegiatan jalan-jalan, kumpul-kumpul bersama teman, main game, SMS-an, BBM-an, chatting di jejaring sosial, dan banyak lagi yang lain-lain. Hal tersebut bukanlah tanpa sebab, kegiatan tersebut lebih menarik dan dirasakan lebih mampu memberikan hiburan dan penyegaran sebagai obat lelah bagi kegiatan mereka yang padat. Namun, hal tersebut sejatinya bukanlah sebagai alasan dan pembenaran bagi kita untuk tidak membaca dan meninggalkan budaya tersebut. Membaca bukanlah sebagai beban dan kewajiban melainkan membaca adalah kebutuhan bagi kita semua.

Apabila kita mengamati perjalanan tokoh-tokoh besar dunia, pemimpin besar dunia, ilmuan, dan seniman-seniman besar dan tokoh-tokoh berpengaruh dunia lainnya kebiasaan beliau yang utama adalah membaca. Karena dari membaca wawasan kita dapat terbuka, pengetahuan dan inspirasi dapat diperoleh dari membaca. Jadi, awal kesuksesan itu adalah dari kebiasaan membaca. Maka dari itu, marilah kita semua, mulai saat ini siapkan diri kita untuk menjadi orang sukses diawali dengan rajin membaca.

Hadirin yang berbahagia. Beberapa waktu ini sedang digalakkan kembali tentang pendidikan karakter. Sejatinya pendidikan karakter dan budaya membaca keberadaannya saling mendukung. Beberapa nilai dalam karakter bangsa disebutkan adanya karakter rasa ingin tahu, kreatif, dan semangat berprestasi, hal tersebut sejatinya bisa dicapai dengan budaya membaca. Dari membaca kita dapat memuaskan rasa ingin tahu, dan kemudian bisa lebih menambah rasa keingintahuan kita. Dengan membaca kita akan memiliki dasar keilmuan yang mumpuni sehingga mampu membangkitkan kreativitas kita untuk terus berinovasi dan mengembangkan hal-hal baru, keberhasilan inovasi dan pencapaian-pencapaian tersebut merupakan prestasi bagi individu tersebut dan juga prestasi bagi bangsa dan negara Indonesia. Maka dari itu budaya membaca harus kembali dimasyarakatkan, revitalisasi terhadap semangat budaya membaca dan memasyarakatkan budaya membaca tersebut di masyarakat. Hal itu bukan kewajiban pemerintah dan kalangan akademisi saja, melainkan ini adalah tanggung jawab kita semua. Hadirin yang berbahagia, harapan adalah doa dalam tindakan. Maka dari itu, agar kita sukses menggapai harapan itu kita mesti membawa doa-doa kita dalam tindakan kita. Satu perbuatan lebih bermakna daripada seribu kata. Untuk itu mari kita tunjukkan jerih payah kita, walaupun itu dimulai dengan tindakan yang kecil, itu lebih bermakna daripada tidak sama sekali. Bagaimanakah cara untuk meningkatkan minat baca yang dapat menguatkan budaya baca ?

Sebenarnya, banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca. Diantaranya :

Yang pertama, promosi gerakan gemar membaca di lingkungan sekolah. Cara untuk melakukan promosi ini bisa bekerjasama dengan pihak kepala sekolah bersama jajarannya. Akan lebih baik lagi jika kepala sekolah, guru, dan staff sekolah menjadi orang pertama yang mengawali gerakan gemar membaca di sekolahnya. Bisa juga membuat baliho atau spanduk di sekitar sekolah yang berisi seruan rajin membaca misalnya “Kami Ingin Pintar makanya Kami Suka Membaca” , “Ingin jadi Juara dan Berprestasi ? Rajinlah Membaca” dan sejenisnya.

Yang kedua, mengadakan lomba yang mampu meningkatkan minat baca dengan mengadakan lomba resensi, lomba cipta dan baca puisi, berpidato, dan sebagai. Caranya adalah menjalin kerjasama dengan perpustakaan, kepala sekolah beserta jajarannya, dan pihak OSIS atau pihak terkait dalam penyelenggaraan lomba.

Yang ketiga, menyediakan buku murah atau dengan menyelenggarakan pameran buku, seperti yang ada di Cairo beberapa bulan lalu. Selain menyediakan buku-buku baru, juga sebaiknya menyediakan buku-buku bekas yang berharga murah namun masih dalam kondisi yang bagus. Sehingga pengunjung terutama pelajar, punya keinginan untuk membeli buku yang murah dan membacanya.

Keempat, pengemasan buku yang menarik. Tidak hanya kemasan dari luar saja, kemasan dalam segi isi buku juga diperlukan. Kebanyakan para pelajar suka membaca buku fiksi seperti komik dan novel. Kebanyakan dari mereka juga tidak suka membaca buku ilmiah karena dianggap membosankan. Seperti buku sejarah. Mereka menganggap buku sejarah itu menyebalkan dan memusingkan, walaupun sebenarnya buku sejarah itu berisi tentang cerita dan kejadian-kejadian penting di masa lalu. Hal itu terjadi karena kata-kata yang ada di dalam buku sejarah kadangkala sulit dimengerti oleh siswa, selain itu nama-nama dan tanggal-tanggal yang ada di dalamnya juga membuat mereka jenuh. Lalu, bagaimana jika sejarah itu dikemas dalam bentuk yang menarik dan berbeda. Seperti dijadikan suatu komik yang disertai dengan ilustrasi gambar atau dikemas dalam bentuk novel, yang hanya fokus terhadap jalan cerita dan tidak banyak mencantumkan tanggal-tanggalnya.

Kelima, tersedianya perpustakaan yang dikelola dengan baik. Salah satu sarana yang sangat menunjang budaya baca dan pendidikan adalah keberadaan sebuah perpustakaan. Agar perpustakaan dapat terkelola dengan baik tentu diperlukannya tenaga pustakawan yang profesional dan berkompeten serta telah mampu memanfaatkan sistem Digital Library. Melalui perpustakaan kita dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang kita miliki. Selain itu, melalui adanya perpustakaan tentunya secara perlahan-lahan akan memupuk, membina, dan mengembangkan budaya baca.

Hadirin yang saya hormati, demikianlah tadi hal yang dapat saya utarakan.  Terimakasih atas perhatian saudara sekalian. Tiada gading yang tak retak, pastilah banyak kekurangan, kesalahan, maupun kekeliruan sehingga tidak berkenan di hati hadirin, untuk itu saya mohon maaf. Besar harapan saya pidato saya ini dapat bermanfaat. Akhir kata saya akhiri dengan pantun singkat ini.

Buah pepaya buah semangka
Buah kelapa buah rambutan
Ayo tingkatkan budaya baca
Demi menambah wawasan dan pengetahuan

Buah kelapa buah rambutan
Dijual ke rumah Wati
Sampai jumpa di lain kesempatan
Saya tutup dengan paramashanti

Om Shantih, Shantih, Shantih Om

PERIODISASI DEMOKRASI


Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dibagi menjadi 3 yakni :
a.       Masa Orde Lama
1)      Demokrasi Liberal
Menekankan pada kebebasan individu, persamaan hukum, dan hak asasi bagi warga negaranya serta menggunakan sistem pemerintahan parlementer dengan cara kerja :
a)      Kekuasaan legislatif dijalankan DPR yang dibentuk melalui pemilu multi partai.
b)      Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh kabinet/dewan menteri, yang dipimpin oleh seorang perdana menteri.
c)      Presiden berperan sebagai kepala negara bukan kepala pemerintahan.
d)     Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh badan pengadilan bebas.
e)      DPR dapat memberi mosi tidak percaya kepada menteri yang kinerjanya dinilai kurang/tidak baik.
f)       Jika kabinet bubar, presiden akan menunjuk formatur kabinet untuk menyusun kabinet baru.
g)      Jika DPR mengajukan mosi tidak percaya kepada kabinet baru, maka DPR dibubarkan dan diadakan pemilu.

Segi positif pelaksanaan demokrasi liberal yakni :
a)      DPR dapat berfungsi baik.
b)      Adanya kebebasan pers dapat menginspirasi rakyat untuk mengeluarkan pikiran atau pendapat.
c)      Badan-badan pengadilan mempunyai kebebasan dalam menjalankan fungsi-fungsinya.
d)     Pemerintah juga berhasil melaksanakan program-program  seperti pendidikan, perekonomian, dan lain-lain.
e)      Minimnya ketegangan antarumat beragama.
f)       Keberhasilan menyelenggarakan KAA telah membawa nama baik Indonesia di mata internasional.
g)      Cukup meningkatnya status sosial karena makin bertambahnya jumlah sekolah-sekolah.

Segi negatifnya yakni dalam pelaksanaannya, kabinet mengalami pasang surut sehinggamenyebabkan instabilitas politik yang mencakup berbbagai aspek kehidupan meliput politik, ekonomi, maupun pertahanan keamanan yang disebabkan oleh :
a)      Dominannya politik aliranyang mementingkan kepentingan sendiri.
b)      Landasan ekonomi rakyat masih rendah yang menyebabkan masyarakatlebih tertarik untuk mengurusi perekonomian daripada politik.
c)      Konstituante yang dibentuk tidak mampu memberi keputusan.

Keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya :
a)      Pembubaran konstituante
b)      Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
c)      Dibentuknya lembaga MPRS dan DPAS.

2)      Demokrasi Terpimpin
Ciri – ciri demokrasi terpimpin yakni :
a)      Dominasi presiden, Presiden Soekarno berperan besar dalm penyelenggaraan pemerintahan.
b)      Terbatasnya peran partai politik.
c)      Berkembangnya pengaruh PKI.
d)     Meluasnya peran militer sebagai unsur politik.

Penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaannya yakni :
a)      Pelanggaran prinsip “kebebasan kekuasaan kehakiman”.
b)      Pengekangan HAM warga negara di bidang politik (berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat)
c)      Pelampauan batas pemenang.
d)     Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional.

Penyimpangan tersebut dimanfaatkan oleh PKI untuk melakukan pemberontakanyang ingin mengubah Pancasila dengan ideologi komunis dan berpuncak pada 30 September 1965 yang dikenal dengan G 30 S/PKI. Adanya Tri Tura yang sisnya bubarkan PKI, bersihkan kabinet dari unsur PKI, dan turunkan harga. Kemudian munculnya supersemar 11 Maret 1966 untuk menstabilkan situasi politik saat itu.

b.      Masa Orde Baru
1)      Segi positifnya yakni segala macam proses penyelenggaraan negara harus berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
2)      Segi negatifnya yakni :
a)      Pembatasan hak – hak rakyat.
b)      Pemusatan kekuasaan di tangan presiden.
c)      Pemilu yang tidak demokratis.
d)     Pembentukan lembaga ekstrakonstitusional.
e)      Adanya KKN.
f)       Adanya indroktinasi politik melalui pendidikan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
g)      Terjadinya krisis moneter.

c.       Masa Reformasi
a)      Perubahan sistem demokrasi secara konstitusional.
b)      Mengadakan peradilan bagi pejabat yang dianggap menyelewengkan kekuasaan.
c)      Terjaminnya kebebasan untuk mendirikan partai politik ataupun ormas.
d)     Pembebasan sejumlah tahanan politik.
e)      Diadakannya pemilu pada tahun 1999.
f)       Adanya kebebasan pers dan tidak ada pencabutan SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers).
g)      Terbukanya kebebasan yang luas dan bebas tanpa kekangan untuk warga negara dalam melaksanakan demokrasi diberbagai bidang.