Halo rekan-rekanku tercinta..
Pada kesempatan ini, saya akan menyajikan sebuah
cerita yang mudah-mudahan mampu menginspirasi rekan-rekan.
Ketika sebuah pertanyaan muncul tentang bagaimana
rasanya kebahagian dan kedamaian ? sejatinya kedamaian dan kebahagian itu
letaknya tidaklah jauh. Tak lain dan tak bukan terdapat pada diri sendiri.
Ketika menyadari makna dari sebuah kejadian yang telah kita alami dan dapat
kita petik maknanya. Menyadari bahwa banyak yang menyayangi kita dan Tuhan
memberikan jalan terbaik untuk kita. Maka dari dalam akan muncul rasa bahagia
dan damai.
Kali ini kita akan membicarakan tentang pengabdian
dalam organisasi melalui sikap loyalitas.
Suatu hari ketika anda ingin memasuki
sebuah organisasi apakah yang pertama anda pikirkan ? Ambisi anda untuk menjadi
seseorang yang menduduki jabatan terpenting, terpandang atau popularitas ? Atau
terbersit dalam diri anda sebuah pemikiran “saya memasuki sebuah organisasi
untuk mencari pengalaman yang nantinya berharga bagi kehidupan saya ke depannya”.
Tentunya ada saja pikiran yang seperti itu. Menurut saya, agak sedikit keliru apabila kita memasuki
sebuah organisasi hanya mementingkan jabatan terpenting, terpandang atau
populer tanpa melihat kemampuan kita dalam bidang tersebut. Mari kita luruskan
bersama, seseorang memang wajar memiliki ambisi dalam suatu organisasi untuk
menduduki jabatan. Namun perlulah kita perhatikan pula kemampuan kita dalam
bidang tersebut. Niscaya kita tidak akan di cap “gila jabatan” dengan pengemdalian ambisi kita.
Berbicara tentang loyalitas dalam berorganisasi.
Saya terinspirasi dari sebuah kisah yang bagi saya mengharukan. Ada sebuah
organisasi yang dulunya namanya tenggelam di makan waktu. Pada saat sekarang,
nama organisasi itu terus mencuat mengibarkan sayapnya selebar-lebarnya. Hal
ini tak terlepas dari empat orang punggawa yang ada di dalamnya yang
bahu-membahu membangun bersama organisasi tersebut. Keempat punggawa besar
tersebut memiliki kemampuan yang bervariasi dan berkompeten di bidangnya.
Kemampuan mereka saling melengkapi satu sama lain. Ada yang sebagai konseptor,
penghilang rasa jenuh (maksudnya mampu menghilangkan rasa kejenuhan rekannya
saat melakukan sesuatu), dan tentunya dedikasi yang tinggi. Pada suatu saat
organisasi tersebut berkembang pesat dan tiba saatnya peresmian peningkatan
status. Pada saat inilah suatu kejadian yang menginspirasi saya. Berjumpa
dengan salah satu punggawa dari organisasi tersebut sangatlah membanggakan. Hal
yang sangat membanggakan adalah ketika penyebutan sejarah dari perjalan
organisasi tersebut saat gladi bersih. Namanya tak disebutkan dan hanya dua
rekannya yang tersebut. Secara perlahan saya menghampirinya dan berkata,
“Bagaimana menurut anda tentang sejarah itu ? Apakah anda tak merasa
tersinggung ? Apakah anda tidak menuntu keadilan ? Jelas-jelas anda ikut
berperan dalam berkembangnya organisasi tersebut.” Dengan perlahan punggawa ini
menjawab kepada saya,”Di sini memang saya tidak dianggap oleh rekan saya. Saya
rasa, itu bukanlah menjadi suatu permasalahan yang menghalangi langkah saya. Namun,
saya berada di sini untuk mengabdi pada organisasi. Mendidik generasi penerus
kami agar lebih baik di kemudian hari. Membawa organisasi ini menuju ke arah
yang lebih baik.” Punggawa ini kemudian melanjutkan tugasnya, membimbing
anggotanya untuk mempersiapkan hal yang lainnya. “Sungguh hal yang
menginspirasi”, kata saya dalam hati. Dari cerita tersebut saya dapat memetik
sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi saya yakni tentang “LOYALITAS
SEJATI”. Yang dimaksud loyalitas sejati dalam sebuah organisasi menurut saya
adalah suatu orang yang tetap setia mengabdikan dirinya pada organisasi yang
diikuti walaupun orang tersebut tidak mendapatkan penghargaan berarti di mata
rekannya. Dia tetap percaya dengan apa yang ia lakukan. Tak mengeluhkan apa
yang terjadi yang terpenting tetap berbuat yang terbaik. Sungguhlah jarang
orang yang mempunyai pemikiran seperti itu menurut saya. Bahkan kebanyakan dari
kita menginginkan penghargaan atas kinerja kita. Nah, perlulah sekarang kita
merenung. Kita dalam mengabdikan diri dalam sebuah organisasi tak perlu memandang penghargaan apa yang akan
diperoleh atas kinerja kita yang terpenting adalah kita harus tetap berkarya
semampu dan semaksimal kita untuk organisasi agar menjadi lebih baik. “Janganlah
bertanya apa yang mampu diberikan organisasi pada kita tetapi bertanyalah
sebaliknya yakni apa yang bisa kita berikan untuk organisasi kita” Itulah
kesimpulan dari kejadian tersebut yang menjadi pelajaran bagi kita. Semoga hal
ini dapat menginspirasi rekan-rekan.
Sampai jumpa di story berikutnya dan mohon maaf
apabila ada yang kurang berkenan di hati.
TERIMAKASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar