Terimakasih saya ucapkan kepada pembawa acara atas
kesempatan yang diberikan.
Yang terhormat Bapak/ Ibu Dewan Juri Lomba Pidato.
Yang saya hormati Bapak/Ibu Guru Pendamping, beserta
Pengamat Pendidikan.
Begitu pula kepada rekan-rekan generasi muda yang hadir pada
kesempatan ini yang saya banggakan dan cintai.
Sebagai insan adi kodrati marilah tak henti-hentinya kita
memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena berkat rahmat/Asung Kertha Wara Nugraha Beliaulah, pada hari
ini kita dapat berkumpul dan bertemu di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat
tanpa suatu halangan apapun. Maka dari itu, izinkanlah saya mengawali pidato
ini dengan mengucapkan pangastungkara panganjali umat.
“Om Swastyastu”
“Om Ano Badrah Krtavo Viyanthu Visvatah”, semoga pikiran
yang baik datang dari segala penjuru. Hadirin yang saya hormati, suatu
kebanggaan bagi diri saya bisa berdiri di depan generasi penerus bangsa yang
luar biasa dan berprestasi. Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan pidato
yang bertemakan “Melalui Budaya Baca dan Hari Kunjung Perpustakaan Kita
Tanamkan Prakerti dalam Rangka Pembentukan Karakter dan Jati Diri Bangsa”.
Berbicara tentang budaya membaca sejatinya merupakan hal
yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat. Slogan-slogan,
sosialisasi-sosialisasi, bahkan hingga diadakannya pemilihan duta bahasa dan
duta membaca diadakan guna memasyarakatkan budaya membaca ini. Namun, apa
sejatinya yang di maksud dengan budaya membaca tersebut? Secara sederhana
budaya membaca dapat diartikan sebagai suatu sikap dan tindakan atau perbuatan
untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Membaca yang
saya maksudkan di sini adalah membaca buku baik yang bersifat fiksi dan non
fiksi, serta bukan menutup kemungkinan pula buku yang dibaca juga buku
elektronik yang ada di internet. Sehingga budaya membaca bukanlah suatu budaya
yang bersifat spesifik pada buku-buku yang bersifat sains saja, karena pada
esensinya membaca bukan saja bertujuan sebagai media memperoleh ilmu
pengetahuan saja melainkan dapat juga dijadikan sebagai media hiburan dan
membangun daya kreasi dan imajinasi pembacanya.
Hadirin yang berbahagia. Apabila kita tinjau perkembangan
budaya membaca di masyarakat, khususnya di kalangan remaja ada kecenderungan
terjadi penurunan yang cukup signifikan. Sebagai contoh, dapat kita saksikan
pada menurunnya jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan sekolah maupun
perpustakaan daerah. Selain itu, jumlah peminjaman bukupun mengalami penurunan setiap
tahunnya. Hal tersebut terjadi karena adanya objek dan kegiatan lain yang
mengalihkan kegiatan membaca buku tersebut. Salah satu kegiatan tersebut adalah
kegiatan jalan-jalan, kumpul-kumpul bersama teman, main game, SMS-an, BBM-an,
chatting di jejaring sosial, dan banyak lagi yang lain-lain. Hal tersebut
bukanlah tanpa sebab, kegiatan tersebut lebih menarik dan dirasakan lebih mampu
memberikan hiburan dan penyegaran sebagai obat lelah bagi kegiatan mereka yang
padat. Namun, hal tersebut sejatinya bukanlah sebagai alasan dan pembenaran
bagi kita untuk tidak membaca dan meninggalkan budaya tersebut. Membaca
bukanlah sebagai beban dan kewajiban melainkan membaca adalah kebutuhan bagi
kita semua.
Apabila kita mengamati perjalanan tokoh-tokoh besar dunia, pemimpin
besar dunia, ilmuan, dan seniman-seniman besar dan tokoh-tokoh berpengaruh
dunia lainnya kebiasaan beliau yang utama adalah membaca. Karena dari membaca
wawasan kita dapat terbuka, pengetahuan dan inspirasi dapat diperoleh dari
membaca. Jadi, awal kesuksesan itu adalah dari kebiasaan membaca. Maka dari
itu, marilah kita semua, mulai saat ini siapkan diri kita untuk menjadi orang
sukses diawali dengan rajin membaca.
Hadirin yang berbahagia. Beberapa waktu ini sedang
digalakkan kembali tentang pendidikan karakter. Sejatinya pendidikan karakter
dan budaya membaca keberadaannya saling mendukung. Beberapa nilai dalam
karakter bangsa disebutkan adanya karakter rasa ingin tahu, kreatif, dan
semangat berprestasi, hal tersebut sejatinya bisa dicapai dengan budaya
membaca. Dari membaca kita dapat memuaskan rasa ingin tahu, dan kemudian bisa
lebih menambah rasa keingintahuan kita. Dengan membaca kita akan memiliki dasar
keilmuan yang mumpuni sehingga mampu membangkitkan kreativitas kita untuk terus
berinovasi dan mengembangkan hal-hal baru, keberhasilan inovasi dan
pencapaian-pencapaian tersebut merupakan prestasi bagi individu tersebut dan
juga prestasi bagi bangsa dan negara Indonesia. Maka dari itu budaya membaca
harus kembali dimasyarakatkan, revitalisasi terhadap semangat budaya membaca
dan memasyarakatkan budaya membaca tersebut di masyarakat. Hal itu bukan
kewajiban pemerintah dan kalangan akademisi saja, melainkan ini adalah tanggung
jawab kita semua. Hadirin yang berbahagia, harapan adalah doa dalam tindakan.
Maka dari itu, agar kita sukses menggapai harapan itu kita mesti membawa
doa-doa kita dalam tindakan kita. Satu perbuatan lebih bermakna daripada seribu
kata. Untuk itu mari kita tunjukkan jerih payah kita, walaupun itu dimulai
dengan tindakan yang kecil, itu lebih bermakna daripada tidak sama sekali.
Bagaimanakah cara untuk meningkatkan minat baca yang dapat menguatkan budaya
baca ?
Sebenarnya, banyak cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan minat baca. Diantaranya :
Yang pertama, promosi gerakan gemar membaca di lingkungan
sekolah. Cara untuk melakukan promosi ini bisa bekerjasama dengan pihak kepala
sekolah bersama jajarannya. Akan lebih baik lagi jika kepala sekolah, guru, dan
staff sekolah menjadi orang pertama yang mengawali gerakan gemar membaca di
sekolahnya. Bisa juga membuat baliho atau spanduk di sekitar sekolah yang
berisi seruan rajin membaca misalnya “Kami Ingin Pintar makanya Kami Suka
Membaca” , “Ingin jadi Juara dan Berprestasi ? Rajinlah Membaca” dan
sejenisnya.
Yang kedua, mengadakan lomba yang mampu meningkatkan minat
baca dengan mengadakan lomba resensi, lomba cipta dan baca puisi, berpidato,
dan sebagai. Caranya adalah menjalin kerjasama dengan perpustakaan, kepala
sekolah beserta jajarannya, dan pihak OSIS atau pihak terkait dalam
penyelenggaraan lomba.
Yang ketiga, menyediakan buku murah atau dengan
menyelenggarakan pameran buku, seperti yang ada di Cairo beberapa bulan lalu.
Selain menyediakan buku-buku baru, juga sebaiknya menyediakan buku-buku bekas
yang berharga murah namun masih dalam kondisi yang bagus. Sehingga pengunjung
terutama pelajar, punya keinginan untuk membeli buku yang murah dan membacanya.
Keempat, pengemasan buku yang menarik. Tidak hanya kemasan
dari luar saja, kemasan dalam segi isi buku juga diperlukan. Kebanyakan para
pelajar suka membaca buku fiksi seperti komik dan novel. Kebanyakan dari mereka
juga tidak suka membaca buku ilmiah karena dianggap membosankan. Seperti buku
sejarah. Mereka menganggap buku sejarah itu menyebalkan dan memusingkan, walaupun
sebenarnya buku sejarah itu berisi tentang cerita dan kejadian-kejadian penting
di masa lalu. Hal itu terjadi karena kata-kata yang ada di dalam buku sejarah
kadangkala sulit dimengerti oleh siswa, selain itu nama-nama dan
tanggal-tanggal yang ada di dalamnya juga membuat mereka jenuh. Lalu, bagaimana
jika sejarah itu dikemas dalam bentuk yang menarik dan berbeda. Seperti
dijadikan suatu komik yang disertai dengan ilustrasi gambar atau dikemas dalam
bentuk novel, yang hanya fokus terhadap jalan cerita dan tidak banyak
mencantumkan tanggal-tanggalnya.
Kelima, tersedianya perpustakaan yang dikelola dengan baik.
Salah satu sarana yang sangat menunjang budaya baca dan pendidikan adalah
keberadaan sebuah perpustakaan. Agar perpustakaan dapat terkelola dengan baik
tentu diperlukannya tenaga pustakawan yang profesional dan berkompeten serta
telah mampu memanfaatkan sistem Digital Library. Melalui perpustakaan kita
dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang kita miliki. Selain itu, melalui
adanya perpustakaan tentunya secara perlahan-lahan akan memupuk, membina, dan
mengembangkan budaya baca.
Hadirin yang saya hormati, demikianlah tadi hal yang dapat
saya utarakan. Terimakasih atas
perhatian saudara sekalian. Tiada gading yang tak retak, pastilah banyak
kekurangan, kesalahan, maupun kekeliruan sehingga tidak berkenan di hati
hadirin, untuk itu saya mohon maaf. Besar harapan saya pidato saya ini dapat
bermanfaat. Akhir kata saya akhiri dengan pantun singkat ini.
Buah pepaya buah semangka
Buah kelapa buah rambutan
Ayo tingkatkan budaya baca
Demi menambah wawasan dan pengetahuan
Buah kelapa buah rambutan
Dijual ke rumah Wati
Sampai jumpa di lain kesempatan
Saya tutup dengan paramashanti
Om Shantih, Shantih, Shantih Om